My Notes

Bubur Ayam

Posted on: September 23, 2010


Kalo orang Inggris sarapan toast, daging dan tomat goreng plus secangkir kopi, orang amerika  sarapan scrambled egg dan sari jeruk atau sereal, orang Indonesia sarapan bubur ayam. Menu sarapan di Indonesia sebenarnya banyak juga, yang umum selain bubur ayam ada nasi gorang, nasi uduk, bubur kacang hijau, bubur sumsum atau lontong sayur (dan banyak lagi tentunya).

Bicara tentang bubur ayam tentu ada beribu macam varian di Indonesia. Ya sayangnya berhubung saya orang Bogor dan sangat jarang keluar kota apalagi ke luar negeri, kali ini saya mau mengulas tipe-tipe varian bubur ayam yang pernah saya cicipi saja.

Sebelumnya untuk mempermudah mari kira kelompokkan komponen dari semangkuk bubur ayam. Berdasarkan RSNI nomer 03-6652-2002 suatu makanan akan disebut sebagai bubur ayam apabila mengandung sedikitnya lima kompenen berikut; 1. Bubur, 2. Ayam yang disuir-suir (baku nggak yah bahasanya?), 3. Bumbu 4. Krupuk 5. Lain-lain (kecap, kacang, usus, hari, bawang goreng). Bubur sendiri bervariasi nggak jauh di lima komponen utama tersebut.

Bubur dalam hal ini adalah nasi yang dimasak sampai menjadi bubur. Berdasarkan pengalaman gw ada dua jenis bubur ini. Yang pertama yaitu di buburnya udah dikasi garam sewaktu di masak jadi rasa asinnya udah nyatu di dalam bubur. Yang kedua buburnya tawar nggak dikasi garam, dan dikasi garam dengan cara ditaburi di atas buburnya saat dituang di mangkuk. Sensasi rasa dari kedua jenis bubur ini cukup terasa. Tipe pertama rasa asinnya menyatu, sehingga rasa dasar si bubur yang tawar sudah hilang menjadi rasa asin. Rasa asinnya kontinyu (ini istilah matematika gan). Dan rasa asinnya pun bukan rasa garam asli karena sudah nyampur sama butiran nasinya. Tipe kedua, klo gw bilang kata yang paling tepat untuk menggambarkan, yaitu rasa asinnya diskret (kalo agan bingung apa maksudunya cek disini). Rasa asinnya jadi tidak menyatu cuman tersebar menjadi titik-titik dimana garam itu jatuh. Efeknya tentunya rasa tawar si bubur itu masih kerasa ditambah rasa asli garam yang kerasa di titik-titik tertentu membuat sensasi yang paling gw suka. Berdasarkan pengamatan gw tipe di daerah Jakarta semua buburnya tipe pertama, dan tipe kedua baru gw jumpai di daerah gw, Bogor.

Dari segi bumbu berhubung gw bukan orang yang ahli dan peka dalam kuliner gw gak terlalu ngerti banget. Secara umum ada dua kecenderungan jenis bumbu yaitu tipe asin dan tipe manis. Walaupun begitu bukan berarti yang asin nggak ada manisnya dan sebaliknya, mungkin lebih tepat gw menyebutnya dominan manis dan dominan asin. Dari bumbunya ada yang pake semacam bumbu opor yang mengandung santan dan lebih banyak gw temuin pake cairan coklat dalam botol yang gw gak tau itu kandungannya apa dan ada lagi (baru-baru ini gw nemu) yang pake semacam bumbu sop atau soto (sebenarnya sih bukan sop atau soto, cumin mirip, jadi maaf gw gak bisa ngejelasin lebih baik dari kata ini). Jenis opor atau bumbu sop/soto itu umumnya dominan asin, walaupun biasanya yang opor itu dikasi sedikit kecap, tapi untuk tipe bumbu sop/soto gak pake kecap. Untuk tipe cairan coklat dalam botol rata-rata dominan asin, walaupun di beberapa tempat ada yang cairan coklat dalam botolnya dominan manis. Dan walaupun gak tepat, tapi bubur di bogor cenderung asin dan di Jakarta rata-rata manis.

Selanjutnya untuk ayam semuanya sama, ayam yang disuir-suir. Krupuk macem-macem yang dipake dan ada juga yang pake emping. Kalo yang lain-lainnya seperti kacang, usus, hati, bawang goreng, seledri, menurut gw standar-standar aja dan gak mempengaruhi rasa si bubur ayam secara signifikan.

Nah, dari perilaku orang yang makan bubur ada dua jenis dari yang gw perhatikan. Ada mazhab kontinyu dan mazhab diskret. Para penganut kontinyu mengaduk-ngaduk si bubur sehingga menjadi nyatu semua dari bubur, ayam, bumbu dan pernah-perniknya. Hasil pengadukan tersebut kalo gw perhatikan menjadi semacam bentuk visual makanan yang menjijikkan walaupun rasanya tidak menjijikkan. Sedangkan penganut mazhab diskret tidak mengaduk tapi membiarkan apa adanya si bubur, ayam dan bumbunya. Gw sendiri adalah penganut mazhab diskret sejati.

Salah satu tempat bubur favorit gw adalah bubur di samping Matahari dept Store, deket stasiun. Tempat itu sebenarnya selain menjual bubur menjual banyak yang lain seperti soto, sate, nasi goreng, nasi uduk dll. Ada yang shift pagi dan ada yang shift siang-malam. Tukang buburnya pun ada yang pagi ada yang siang. Keduanya jenisnya sama, bubur diskret dengan cairan coklat dalam botol cenderung asin plus emping dan pernak-perniknya. Tapi kalo mau dibandingin gw lebih suka yang shift pagi.

4 Responses to "Bubur Ayam"

Edun siah, lu ngomoning bubur aja pake kontinu sama diskret. Ga kebayang gw nanti masak bubur pake titik2 kuantum diskret… *omaigot…

nggak, cuman gw bingung aja penggambarannya pake kata apa,,, muncullah di otak gw “deskrit”… wkwkwk

hahaha… kalo gw, jgn2 ntar bikin algoritma memasak bubur di ruang vektor. hadeh. btw bubur favorit gw adalah bubur yg dulu depan smansa. skr dia buka cabang di depan sd adek gw :9

gw pecintaa bubuur..kalo ditawarin mo mie ayam atau bubur ayam,, gw pilih bubur ayaaam dooonx (nyambung gak niih?!…
oiya tom, kl lo bilangnya bubur manis dan asin, kl gw slama ini mengkatagorikan bubur jadi bubur abang2 dan bubur cina (bukan bermaxud rasis)..inti perbedaan dari kedua bubur ini terletak pada kekentalan dan bumbu yg dipake. kl bubur abang2, biasanya lebih kental dibanding bubur cina, dan biasanya bumbuny pake (spt lo blg sblmnya) kuah opor. sedangkan bubur cina itu lebih encer dan biasanya doi pake kecap asin..kyknya siy, sama aja kyk penjelasan lo diatas. cuma beda penamaanny aja,,hehe
kapan niih hunting bubuur??? 😀

Leave a reply to Hastomi Cancel reply

September 2010
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
27282930  

Categories