My Notes

Tukang Bakso dan Kereta

Posted on: August 26, 2010

Bayangkan hidup anda berubah drastis menjadi seorang tukang bakso. Entah bisa saja karena PHK, drop out kuliah, dan akhirnya yang anda miliki hanya skill membuat semangkuk bakso yang pernah anda pelajari dulu dari langganan tukang bakso di depan rumah Anda.

Anda yang galau namun punya sisa sedikit kecerdasan tentu tidak akan asal saja membuat bakso, namun Anda sadar kalau semuanya membutuhkan strategi. Lalu mulailah Anda menyusun rencana.

Beruntungnya Anda punya sedikit pesangon dan beruntungnya lagi  banyak teman Anda yang punya utang kepada Anda dan melihat kondisi Anda yang miris sehingga mereka mengembalikan utang-utang mereka sembari memberi tepukan di pundak Anda ketika Anda hendak pulang dan sedikit kata  “Yang sabar ya,,”.

Ditambah hasil penjualan beberapa barang kesayangan Anda maka akhirnya tekumpullah dana yang cukup untuk menyulap rumah mungil Anda menjadi warung bakso. Sembari memandangi uang yang terkumpul, terbersit di pikiran Anda, “Ya,,ya,, Mungkin memang takdir saya menjadi tukang bakso, mungkin memang saya tidak berbakat menjadi mahasiswa atau pegawai kantor, dan Mungkin Yang Maha Kuasa memberi saya jalan kesuksesan lewat jalan ini”. Secercah asa muncul di benak Anda, memberikan sentuhan ketenangan dan semangat untuk memulai hari yang baru.

Dekorasi warung dan segala tetek bengeknya sudah selesai dan Anda melaju pada tahap yang paling menentukan kesuksesan Anda. Meracik Semangkuk Bakso. Dengan segala upaya daya Anda membuat, meracik, maramu, mendesain, merekayasa, dan menyusun konfigurasi semangkuk bakso agar supaya dihasilkan semangkuk bakso yang maknyuss. Kalau maknyus insya4jji suatu hari nanti Bondan Winarno akan mampir ke kios anda bersama kru Trans TV.

Selesailah sudah semangkok bakso terhidang di hadapan Anda. Inilah tahap yang penting. Mencicipi. Bagaimana mungkin Anda tau maknyus atau tidak jika tidak anda cicipi? Maka Anda mengambil sendok dan mencicipinya sedikit. Weew,,, Aneh rasanya. Mungkin tadi pikiran Anda terlalu mengawang-ngawang saat memasak, sampai memikirkan Bondan segala, makadar itu hasilnya terlalu asin dan kurang ini itu. Tenang. Tetap Semangat. Anda lalu teringat kisah Thomas Alfa Edison kalau dia sudah mencoba 999 kali dan baru yang 1000 kali berhasil menemukan lampu listrik. Dengan semangat anda kembali meracik dan berusaha fokus dan tidak bepikir kemana-mana agar hasilnya maknyus.

Sebenarnya pola atau alur ketika merencanakan warung bakso sebenarnya sama saja dengan pola bisnis apapun. Hanya saja mungkin levelnya berbeda, bentuknya berbeda, besarnya berbeda.  Namun pada intinya kan sama-sama saja. Kita merancang produk, kemudian diuji apabila layak salanjutnya dijual. Dan tentunya bukan hanya polanya saja yang sama namun kiat suksesnya pada intinya sama saja.

Pagi ini saya membeli sebuah produk bernama “layanan KRL Jabodetabek”. Saya memilih yang murah meriah saja dan tentunya saya tidak mengharapkan pelayanan yang muluk-muluk. Setelah berdesak-desakan akhirnya sampai juga saya di tempat tujuan.

Sepanjang perjalanan saya sempat berpikir pernah nggak ya pak Direktur PT. KAI atau Pak Menteri Perhubungan nyicipi KRL Ekonomi jam 7 pagi dari Bogor. Bukan apa-apa. Sekadar mencicipi saja tak ada salahnya kan? Toh itu kan masuk dalam lingkup tanggung jawab mereka. Mencicipi biar sekadar tahu saja nggak lebih. Nanti pak menteri bisa turunnya di Juanda, nggak bisa di Gambir soalnya ekonomi nggak behenti di situ. Nanti dari sana bisa naik ojek ke kantor Bapak. Tapi saran saya nanti ajudan Bapak siap-siap aja di juanda takutnya Bapak pingsan pas turun. Ah, Tapi nggak usah gak apa-apa kok. Tiap hari banyak orang-orang yang naik tapi gak kenapa-kenapa juga, jadi nggak usah khawatir.

Tidak. Nggak. Nggak bisa kayak gitu. Nggak bisa dianalogikan seperti itu. Masak jualan bakso dianalogikan sama pelayanan kereta api. Masak pak Menteri disuruh berdesak-desakan naik krl dianalogikan sama tukang bakso yang nyicipin baksonya?? Kalo mau bikin analogi parameternya harus mempresentasikan dengan baik satu-sama lain dong,, ini kan beda..

Ini kan pelayanan publik. KRL murah kan stimulus ekonomi biar semua orang bisa kerja dan ekonomi berjalan. Karena itu kelas ekonomi pelayanannya gitu-gitu aja. Lagian gak tau apa kan krl itu disubsidi? Jadi analogi yang anda buat itu absurd tau nggak?. Absurd.

Pusing..

Saya memang tidak punya kapasitas untuk menganalisis fenomena ini. Saya ekonom bukan, pakar kebijakan pemerintah bukan. Makanya mikirin kayak gitu aja pusing jadinya. Tapi ini kan negara demokrasi jadi saya juga boleh dong berpendapat??

Mungkin ada perameter yang terlupakan dalam analogi saya. Di dunia Anda sebagai tukang Bakso, semua orang harus makan Bakso biar hidup, biar survive. Jadi anda sebagai penjual nggak usah bikin yang enak-enak gak apa-apa. Akan tetap laku apapun yang terjadi. Toh Anda sudah berbaik hati menjadikan harga bakso Cuma 2000 rupiah. Walaupun kadang ada pelanggan yang kadang muntah dan sakit perut di rumah. Yang penting hidup. Survive.

4 Responses to "Tukang Bakso dan Kereta"

absurd emang lu tom. wkwkwk..

menurut gw, kayaknya si petinggi2 pt ka jg dilema. mau diperbaiki, tp kelakuan penumpangnya kayak gitu. maksud, kl ada kereta baru pun (ekonomi loh ya) dlm wkt singkat langsung dinding dicoret2 lah, kipas dirusak, dst.

idealnya sih pas jam sibuk tu kereta ekonomi tiap 10 atau 15 menit jalan. kl gitu aja kayaknya udah lumayan deh. tp ya, mungkin ga ada duit buat beli kereta lg 😛

hehehehehe,,,
iya sih,,
gak gampang juga…
elu deh ning jadi menterinya… 🙂

waktu kuliah gw pernah dosen gw bilang kalau dari hasil penelitian KRL itu sebenernya untung, uang hasil dari penjualan tiket jika dibandingkan dengan biaya operasional KRL masih lebih besar pendapatannya, itupun sudah dikurangi kehilangan pendapatan akibat penumpang yang tidak membeli tiket, tapi kenapa kok masih aja disubsidi n peningkatan pelyanan yang masih rendah

seriusan pin?? kalo gitu sebenarnya yang salah manajemennya dong,,,,???

Leave a reply to ipin Cancel reply

August 2010
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
3031  

Categories